Kamis, 02 November 2017

PENDUGAAN BIOMASSA KARBON SERASAH PADA HUTAN LINDUNG GUNUNG SIRIMAU KOTA AMBON (Studi Kasus PSP (Plot Sampling Parmanent) Hutan Negeri Soya)



PENDUGAAN BIOMASSA KARBON SERASAH
PADA HUTAN LINDUNG GUNUNG SIRIMAU KOTA AMBON
 (Studi Kasus PSP (Plot Sampling Parmanent) Hutan Negeri Soya)



Yulianus D. Komul, 2017
Email: komulyulianus@yahoo.co.id


ABSTRACT
Changes in the amount of carbon stored in a forest area is influenced by several factors including; vegetation density, structure and composition of stands, the diameter of the tree, the tree species, the rate of decomposition of litter, nekromasa and lower plants and acknowlege the ground in the process of absorption (structure and texture). Therefore, information regarding the amount of carbon stored (carbon stock) at a certain time in the forest area to be very important to know. By measuring it can be seen how the results of the acquisition of the absorbed carbon stocks of vegetation possessed unity.
Research carried for 1 month starting in September 2015. The research location is Mountain Protection Forest Sirimau Ambon, focusing on the PSP (Plot Sampling Parmanent) Forest land Soya which is impelmentasi REDD + activities organized by the Ministry of Forestry Research and Development Center for Climate Change and Policy (PUSPIJAK) in 2012 in Maluku. The method used is based upon the measurement and calculation of the organic matter content of litter and soil were guided by ISO: 7724 2011.
The results showed the biomass carbon content of litter in primary forest strata ranging between 0.7459 ton/ha - 1.36803 tonnes/ha with an average carbon content of the biomass of litter is at 1.0209 ton/ha. While strata secondary forest biomass carbon content of litter obtained ranged between 0.2253 ton/ha - 0.7188 ton/ha with the average lies at 0.4150 ton/ha. For soil carbon content results, for primary forests ranging from 5166.35 to 5796.65 tonnes/ha with an average is 5463.76 tons/ha, while for secondary forests ranging from 5347.61 to 6436.31 tons/ha with the average -rata 6026.63 tons/ha.

Keywords: Biomass, Soil Organic Carbon, Litter, PSP Protection Forest Sirimau Mountain

I.     PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Karbon merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan sehari-hari dan berperan sebagai pembentuk gas rumah kaca (GRK). Di sektor kehutanan, kontribusi terhadap gas rumah kaca terutama disebabkan oleh gas karbon dioksida (CO2). GRK lain yang mengandung unsur karbon adalah gas metan (CH4), Hidro Fluoro Carbon (HFC), dan PFC. Konsentrasi gas-gas ini dalam skala global secara kumulatif dipengaruhi langsung oleh aktivitas manusia, meskipun gas-gas tersebut juga terjadi secara alamiah yang sangat membahayakan.
Dalam konteks perubahan iklim, hutan dapat berperan baik sebagai sink (penyerap/penyimpan karbon) maupun Source (pengemisi karbon). Dalam pengelolaan hutan lestari penyerapan karbon merupakan jasa yang dapat diberikan oleh sektor Kehutanan. Sebaliknya kegiatan kehutanan yang berhubungan dengan serapan karbon akan mendukung pengelolaan hutan lestari.
Berdasarkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon, informasi mengenai jumlah karbon yang disimpan (carbon stock) pada kurun waktu tertentu pada kawasan hutan menjadi sangat penting untuk diketahui. Dengan mengukur dapat diketahui berapa hasil perolehan cadangan karbon yang terserap dari kesatuan vegetasi yang dimiliki.
Perubahan jumlah stok karbon pada suatu kawasan hutan dikatahui dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: kerapatan vegetasi, struktur dan komposisi tegakan, diameter pohon, jenis pohon, laju dekomposisi serasah, nekromasa, dan tumbuhan bawah serta eksitensi tanah dalam proses penyerapan (Struktur, tekstur tanah). Diharapkan dengan adanya penetapan kawasan hutan negeri Soya sebagai lokasi PSP (Plot Sampling Parmanent) yang merupakan implementasi kegiatan REDD+ yang diselenggarakan oleh Kementerian Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan (PUSPIJAK) di Maluku maka kegiatan pengukuran dan pendugaan penyerapan karbon pada ekosistem hutan lindung terlebih khusus untuk bahan organic Serasah dan tanah yang dapat memberikan informasi terkait seberapa besar biomasa dan karbon yang terkandung yang berpotensi mengurangi pemanasan global.

1.1.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu berapa besar biomassa karbon tersimpan yang dihasilkan dari bahan organik Serasah dan karbon tanah pada PSP (Plot Sampling Parmanent) hutan Negeri Soya di kawasan hutan lindung gunung Sirimau kota Ambon.

1.2.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar kandungan biomassa dan karbon bahan organik Serasah pada PSP (Plot Sampling Parmanent) hutan Negeri Soya di kawasan hutan lindung gunung Sirimau kota Ambon, yang akan memberikan informasi mengenai kontribusi bahan organik serasah  dalam penyerapan karbon (CO2) serta mengurangi efek gas rumah kaca.

II.      METODOLOGI PENELITIAN
2.1.  Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan pada Hutan Lindung Gunung Sirimau Kota Ambon, berfokus pada PSP (Plot Sampling Parmanent) Hutan negeri Soya yang merupakan impelmentasi kegiatan REDD+ yang diselenggarakan oleh Kementerian Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan (PUSPIJAK) pada tahun 2012 di Maluku. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan terhitung September 2015, dimulai dari pengambilan data dilapangan, kemudian dilanjutkan dengan pengujian di laboratorium.
2.2.   Alat dan Objek Penelitian
2.2.1. Alat Penelitan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain terdiri dari (1). alat pengambilan data dilapangan: Alat pengukur panjang (Meter dan Jangka Sorong), Alat pengukur kelerengan (clinometer), alat pengukur berat (timbangan gantung 50 kg), alat penentu arah dan koordinat (Kompas dan GPS), alat pengukur PH (Centro Poin), Gergaji tangan, Gunting Stek, Karung, Cangkul, Parang, Sekop tangan, Tally Sheet, Wadah plastik Contoh serta camera digital. (2). Alat Pengujian sampel di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Jurusan Kehutanan, alat ukur berat (neraca digital dengan ketelitian 0,5 %), alat pengering sampel (Oven).

2.2.2. Objek Penelitan
Objek penelitian adalah PSP (Plot Sampling Parmanent) yang dengan ukuran 2cm x 2cm atau 4 cm2 yang merupakan ukuran plot untuk pengukuran bahan organic serasah dan tanah. Hasil pengukuran dan pengambilan sampel serasah dan tanah yang dilakukan dilapangan kemudian uji di Laboratorium untuk mengetahui kandungan bahan organik yang kemudian dianalisis untuk mengetahui kandungan biomassa dan karbon.

2.3. Metode Pengumpulan Data
1    Tahapan Penempatan dan pembuatan permanen sample plot (PSP)
Penempatan PSP dilakukan secara purposive sampling dengan mengacu pada peta tutupan lahan pulau Seram dan Ambon. Bentuk PSP dilapangan adalah berbentuk persegi dengan ukuran 20 m x 20 m.
Jika dikaji berdasarkan potensi vegetasi yang terkandung maka lokasi penelitian terdiri atas dua tipe hutan yakni hutan primer dan sekunder dan masing-masing tipe hutan diwakili oleh 3 plot pengamatan dengan ukuran masing-masing plot 20m x 20m atau 400 m2 yang kemudian dilakukan pembagian sesuaikan dengan kebutuhan. Untuk pengambilan data serasah dan tanah maka dilakukan pembagian dengan ukuran plot  2m x 2m atau 4m2 (sesuai ukuran plot semai

2    Tahapan Pengukuran Serasah
Tahapan pengukuran biomassa Serasah adalah sebagai berikut :
1.    Kumpulkan serasah dalam sub plot pengukuran (2 x 2) m
2.    Masukan ke dalam kantong plastik, ikat dan beri label sesuai dengan kode sub plotnya.
3.    Timbang berat total serasah
4.    Ambil sebanyak kira-kira 300 gr untuk ditimbang berat contohnya
5.    Lakukan pengeringan dengan menggunakan oven terhadap contoh serasah pada kisaran suhu 700C – 850C hingga mencapai berat konstan.
6.    Timbang berat kering serasah.
7.    Lakukan analisis karbon organik di laboratorium untuk melihat kandungan karbonnya
8.    Pengukuran serasah dilakukan sebelum pengukuran biomassa tumbuhan bawah.

3    Tahapan Pengukuran Karbon Tanah
Pengambilan contoh tanah di lapangan untuk Pengukuran Karbon :
1.    Contoh tanah pada petak ukur diambil pada 5 titik, yaitu pada keempat sudut dan tengah petak untuk plot persegi panjang.
2.    Pada masing-masing titik diambil contoh tanah pada empat level kedalaman, yaitu : 0-5 cm, 5-10 cm, 10-20 cm 20-30 cm.
3.    Pada masing-masing level kedalaman diambil contoh tanah tak terganggu dengan menggunakan ring soil sample masing-masing satu ring.
4.    Contoh tanah kemudian akan dianalisa di laboratorium untuk mengetahui kerapatan lindak (ρ) dan kandungan C-organik tanah.
Catatan : membuat titik pengambilan sampel menyerupai tangga dengan ukuran kedalaman ± 15 cm x 15 cm dengan tinggi berdasarkan kedalamannya dapat dilihat pada gambar .

Gambar 2. Penampang Pengambilan Sampel Tanah Pada Titik Sampel
2.4.Analisa Data
2.4.1. Perhitungan Biomassa Karbon
Dalam perhitungan biomassa karbon tersimpan, untuk bahan organic serasah dan tanah dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. Penghitungan biomassa karbon serasah
a.       Perhitungan bahan organic serasah
Untuk mengetahui nilai kandungan bahan organik dari serasa dalam plot pengamatan, dapat dikeetahui dengan menggunakan rumus:
   BO =
Keterangan :
Bo
Bks
Bbt
Bbs
=
=
=
=
Berat bahan organik, dinyatakan dalam kilogram (kg);
Berat kering contoh, dinyatakan dalam kilogram (kg);
Berat basah total, dinyatakan dalam kilogram (kg);
Berat basah contoh, dinyatakan dalam (kg).
b.      Perhitungan karbon bahan organik serasah
Penghitungan karbon dari bahan organik mati dari serasah, kayu mati dan pohon mati menggunakan rumus sebagai berikut:
Cm = Bo x % C organic
Keterangan :
Cm
Bo
% Corganik
=
=
=
Kandungan karbon bahan organik mati, dinyatakan dalam Kg
Total biomassa/bahan organik, dinyatakan dalam Kg
Nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47
2.      Perhitungan Karbon Tanah
Penghitungan karbon tanah menggunakan rumus sebagai berikut:
     Ct = Kd x ρ x % C organik
Keterangan :
Ct
Kd
Ρ
%C organik
=
=
=
=
Kandungan karbon tanah, dinyatakan dalam gram (gr/cm2)
Kedalaman contoh tanah, dinyatakan dalam sentimeter (cm)
Kerapatan lindak (bulk density) dinyatakan gram/meter kubik (g/cm3 );
Nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47
  
III.    PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1.    Kandungan biomassa serasah pada strata hutan primer berkisar antara 0,7459 ton/ha –1.36803 ton/ha dengan rata-rata kandungan biomassa serasah berada pada 1,0209 ton/ha. Sedangkan strata hutan sekunder, kandungan biomassa yang diperoleh berkisar antara 0.2253 ton/ha – 0.7188 ton/ha dengan kisaran rata-rata berada pada 0,4150 ton/ha.
2.    Kadungan bahan organik Hutan Primer Negeri Soya berkisar antara 5166,35 – 5796,65 ton/ha dengan  rata-rata adalah 5463,76 ton/ha, sedangkan pada Hutan Sekunder berkisar antara 5347,61 – 6436,31 ton/ha dengan rata-rata = 6026,63 ton/ha.
3.2. Saran
Adapun saran yang perlu dikaji adalah :
1.    Ketersediaan data dan informasi tentang penyerapan emisi karbon dari sector Kehutanan yang didukung dengan data spasial sebagai penyedia data tutupan lahan yang jelas dan terpublikasi merupakan harapan dari pemerintah maupun instansi terkait yang ada di Maluku penting untuk diketahui dan diperoleh, oleh karena itu penelitian-penelitian lanjutan perlu dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Andhi I. M., 2012.  Pendugaan Densitas Karbon Tegakan Hutan Alam Di Kabupaten Jayapura, Papua. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari Jl. Inamberi, Susweni Po Box 159, Manokwari 98313-Papua Barat.
Anonym., 2009. Penghitungan Biomassa & Potensi Karbon Studi Kasus: Kawasan Kelola SHK Lestari Di Tahura Wan Abburrachman Dan Kawasan Kelola Masyarakat Di Pekan dangan, Way Seputih, Propinsi Lampung. Forest Watch Indonesia.
-------------., 2011. Standar Nasional Indonesia., 7724 : 2011. Pengukuran Dan Penghitungan Cadangan Karbon (Ground Based Forest Carbon Accounting) Pengukuran Lapangan Untuk Penaksiran. Badan Standardisasi Nasional.BSNGd. Manggala Wanabakti. Jakarta.
--------------, 2012, Laporan Akhir Pembangunan PSP (Plot Sampling Permanent) pada berbagai tipe hutan dimaluku (Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) REDD+ Readiness Preparation oleh Program Studi Manajemen Hutan, program Pascasarjana Universitas Patimura, Ambon.
-------------, 2013 Monitoring PSP (Plot Sampling Permanent) untuk mendukung system MRV stok carbon hutan dimaluku. Program Studi Manajemen Hutan, program Pascasarjana Universitas Patimura, Ambon.
Rositah, Ratna H., Gusti H., 2012. Pendugaan Biomassa Karbon Serasah Dan Tanah Pada Hutan Tanaman (Shorea Leprosula Miq) Sistem TPTI PT. Suka Jaya Makmur. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjung pura. Jalan Imam Bonjol.
Sekuestrasi Karbon Organik Tanah Pada Pembangunan Hutan Tanaman Acacia Mangium Willd.  Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi. Bogor.
-------------., 2014. Peranan Penting Pengelolaan Penyerapan Karbon Dalam Tanah Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi. Bogor.
Yuanita W., Nur A.P.. SARI, Indra Y., Hilda Z., 2012. Dugaan Cadangan Karbon Biomassa Tumbuhan Bawah Dan Serasah Di Kawasan Suksesi Alami Pada Area Pengendapan Tailing PT Freeport Indonesia. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya Palembang Sumatera Selatan.

PENGUKURAN BIOMASSA DAN KARBON TEGAKAN DIATAS PERMUKAAN TANAH PADA HUTAN LINDUNG GUNUNG SIRIMAU KOTA AMBON (Studi Kasus PSP (Plot Sampling Parmanent) Hutan Negeri Soya)



PENGUKURAN BIOMASSA DAN KARBON TEGAKAN DIATAS PERMUKAAN TANAH PADA HUTAN LINDUNG GUNUNG SIRIMAU KOTA AMBON
(Studi Kasus PSP (Plot Sampling Parmanent) Hutan Negeri Soya)


YULIANUS. D. KOMUL, 2017

 
ABSTRACT
Natural forest is a highest carbon stock absorber compared with other land use system, because it has high variety of tree species, the density of undergrowth, and many above ground litters. C-stock basically is the amount of carbon thet saved in vegetation, other biomass, and underground. The right control is to measure the amount of biomass and C-stock as an effort to knowing its amount in a time and its difference whether there are activities that can be increased or decreased the stock. Based on forest function as a carbon absorber, the C-stock information in some time range in Indonesian forest area in general, and in Maluku especially is very important.
Research was held in September 2015 in Sirimau Montain Protected Forest focused on Permanent Sampling Plot in Soya Village Forest, Ambon City.
Result shows that biomass for primary forest are 371,5264 ton/ha – 572,0588 ton/ha with average 466,7473 ton/ha. For secondary forest are 152,7100 ton/ha – 318,4535 ton/ha with average amount around 210,8282 ton/ha. C-stock for primary forest around 174,6432 ton/ha 269,0254  ton/ha with average 847,4876 ton/ha.  While C-stock for secondary forest are 61,9787 ton/ha 84,2121 ton/ha with average amount 72,2258 ton/ha.

Keywords: Measurement of Biomass, Carbon, Stands above the surface, Protected Forest Sirimau


I.     PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Hutan alami merupakan penyerap dan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan lainnya, disebabkan karena memiliki keragaman pohon yang tinggi, kerapatan tumbuhan bawah, dan seresah di permukaan tanah yang banyak. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas physiologinya. Pengukuran produktivitas hutan relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan (Heriansyah, 2005). Oleh karena itu bila hutan diubah fungsinya atau menurun kerapatannya maka jumlah C-tersimpan dan besaran biomassa akan berkurang atau bahkan hilang (Hairiah, 2007).
Cadangan karbon atau C-tersimpan merupakan besarnya karbon yang tersimpan pada vegetasi atau biomassa lain yang diserap dalam tanah. Untuk mengurangi konsentrasi GRK di atmosfer (emisi) serta mengurangi pelepasan CO2 ke udara, maka jumlah CO2 di udara harus dikendalikan dengan jalan meningkatkan jumlah serapan CO2 oleh tanaman sebanyak mungkin dan menekan pelepasan emisi serendah mungkin. Oleh sebab itu, pengendalian yang tepat dilakukan adalah dengan jalan pengukuran jumlah kandungan biomassa dan cadangan karbon sebagai upaya untuk mengehui besarnya cadangan karbon pada waktu tertentu dan mengetahui perubahannya apabila terjadi kegiatan yang manambah atau mengurangi besar cadangan.
Berdasarkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon, informasi mengenai jumlah karbon yang disimpan (carbon stock) pada kurun waktu tertentu pada kawasan hutan menjadi sangat penting untuk diketahui. Dengan mengukur dapat diketahui berapa hasil perolehan cadangan karbon yang terserap dari kesatuan vegetasi yang dimiliki.

1.1.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu berapa besar biomassa dan karbon tersimpan untuk tegakan diatas permukaan tanah pada PSP (Plot Sampling Parmanent) hutan Negeri Soya di kawasan hutan lindung gunung Sirimau kota Ambon.

1.2.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar kandungan biomassa dan karbon tegakan diatas permukaan tanah pada PSP (Plot Sampling Parmanent) hutan Negeri Soya di kawasan hutan lindung gunung Sirimau kota Ambon.
Kegunaan penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai kontrubusi tegakan dalam penyerapan karbon (CO2) untuk mengurangi efek gas rumah kaca.

II.      METODOLOGI PENELITIAN
2.1.   Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015. Lokasi penelitian ini di Hutan Lindung Gunung Sirimau berfokus pada PSP (Plot Sampling Parmanent) Hutan negeri Soya Kota Ambon yang merupakan hasil kegiatan impelmentasi REDD+ yang diselenggarakan oleh Kementerian Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan (PUSPIJAK) pada tahun 2012.
2.2.   Alat dan Objek Penelitian
2.2.1. Alat Penelitan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain terdiri dari (1). alat pengambilan data dilapangan: berupa alat pengukur diameter pohon (phiband), Alat pengukur panjang (Meter dan Jangka Sorong), Alat pengukur kelerengan (clinometer), Alat pengukur tinggi pohon (Haga Meter), alat pengukur berat (timbangan gantung 50 kg), alat penentu arah dan koordinat (Kompas dan GPS), Gergaji tangan, Gunting Stek, Karung, Parang, Tally Sheet dan Wadah Contoh serta camera digital. (2). Alat Pengujian sampel di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Jurusan Kehutanan, alat ukur berat (neraca digital dengan ketelitian 0,5 %), alat pengering sampel (Oven).
2.2.2. Objek Penelitan
Objek atau Sumber yang ditetapkan sebagai indikator dalam penelitian yaitu data pengukuran dilapangan berupa vegetasi diatas permukaan tanah (Pohon, Tiang, Sapihan, Semai dan Tumbuhan bawah), yang dari keseluruhannya kemudian diambil sampel untuk dilakukan pengujian di Laboratorium.
2.3. Metode Pengumpulan Data
2.3.1. Pengumpulan data primer untuk data cadangan karbon.
2.3.1.1. Teknik pengambilan data cadangan karbon.
1.      Penempatan dan pembuatan permanen sample plot (PSP)
Penempatan PSP dilakukan secara purposive sampling dengan mengacu pada peta tutupan lahan pulau Seram dan Ambon. Bentuk PSP dilapangan adalah berbentuk persegi dengan ukuran 20 m x 20 m.
Jika dikaji berdasarkan potensi vegetasi yang terkandung maka lokasi penelitian terdiri atas dua tipe hutan yakni hutan primer dan sekunder dan masing-masing tipe hutan diwakili oleh 3 plot pengamatan dengan ukuran masing-masing plot 20m x 20m atau 400 m2 yang kemudian dilakukan pembagian sesuaikan dengan kebutuhan data yang akan diambil yaitu untuk tingkat permudaan (Tiang) 10m x 10m atau 100m2, (Sapihan) 5m x 5m atau 25 m2 dan (Semai) 2m x 2m atau 4m2.
Gambar 1.  Bentuk Plot Pengamatan
Keterangan gambar :
A : sub plot untuk semai, serasah dan tumbuhan bawah
B : sub plot untuk pancang
C : sub plot untuk tiang
D    : sub plot untukpohon
 
2.      Pengukuran Biomassa dan Karbon Tersimpan.
Untuk pengukuran Kandungan Biomassa dan Karbon tersimpan (Carbon Stock) pada penelitian ini, dilakukan dengan mengacu pada mengacu pada Standar Nnasional Indosesia (SNI) : 7724 Tahun 2011.

2.4.Analisa Data
2.4.1. Perhitungan Biomassa Cadangan Karbon Tersimpan
Dalam perhitungan biomassa karbon tersimpan, untuk proses perhitungannya terbagi atas enam kegiatan guna memperoleh hasil akhir berua kandungan biomassa dan karbon tersimpan :
              I.     Penghitungan Kandungan Biomassa
a.      Penghitungan Biomassa diatas Permukaan Tanah Dengan Metode Allometrik
Persamaan allometrik biomassa di atas permukaan tanah yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut:
a.  Pendugaan biomassa di atas permukaan tanah untuk hutan lahan kering berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Dharmawan (2009) atau menurut Litbang Kehutanan (2010) dengan menggunakan rumus sebagai berikut Y = ¼ ∏ x (DBH) 2,2234
Keterangan :
R
Y
DBH
=
=
=
97,7
Biomassa total (kg)
Diameter setinggi dada pada ketinggian 1,3 meter (cm
b.  Penghitungan biomassa dengan persamaan Chave (2005) untuk hutan tipe lembab dengan rumus :  Y = 0,0509.DBH.T
Keterangan :
Y
DBH
(m)
T
=
=
=
=
Biomassa Total (kg)
Diameter setinggi dada pada ketinggian 1,3 meter (cm);
Berat jenis kayu (gr/cm )
Tinggi pohon (m)
atau menggunakan rumus : AGBest = 0,0509 x ∏ D2H
Keterangan :
AGBest H
D
=
=
=
=
Biomassa Total (kg)
Tinggi Pohon                                                                            
Diameter setinggi dada
Berat jenis kayu
c.   Penghitungan biomassa permukaan dengan persamaan Ketterings dkk (2001) dengan menggunakan rumus: B = 0,11*ρ*(D)2,62
Keterangan :
B
D
Ρ
=
=
=
Biomassa (kg/pohon)
Diameter setinggi dada (cm)
massa jenis pohon atau berat jenis (kg/m3)
           I          II. Penghitungan Karbon
a.      Perhitungan Cadangan Biomassa dan Karbon diatas Permukaan Tanah
Perhitungan cadangan karbon dari tegakan diatas permukaan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Cb = B x % C organik
Keterangan :
Cb

B % Corganik
=
=
=
Kandungan karbon dari biomassa, dinyatakan dalam Kg (kg);
Total biomassa, dinyatakan dalam (kg);
Nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47
 
                   III.  PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
  1. Untuk hutan primer Jumlah kandungan biomassa berkisar antara 371,5264 ton/ha – 572,0588 ton/ha dengan rata-rata  adalah 466,7473 ton/ha dan jumlah C-tersimpan berkisar antara 174,6432 ton/ha – 269,0254  ton/ha dengan rata-rata  adalah 847,4876 ton/ha. Sedangkan untuk hutan sekunder jumlah kandungan biomassa berkisar antara 152,7100 ton/ha – 318,4535 ton/ha dengan rata-rata berkisar pada 210,8282 ton/ha dan jumlah C-tersimpan berkisar antara 174,6432 ton/ha – 269,0254  ton/ha dengan rata-rata  adalah 847,4876 ton/ha dan 61,9787 ton/ha – 84,2121 ton/ha dengan rata-rata berkisar pada 72,2258 ton/ha.
3.2.Saran
Adapun saran yang perlu dikaji adalah :
1.    Ketersediaan data dan informasi tentang penyerapan emisi karbon dari sector Kehutanan yang didukung dengan data spasial sebagai penyedia data tutupan lahan yang jelas dan terpublikasi merupakan harapan dari pemerintah maupun instansi terkait yang ada di Maluku. Oleh karena itu, diperlukan keseriusan berbagai pihak, diantaranya akademisi, pemerintah maupun instansi terkait sehingga berbagai kendala yang ada dapat diatasi.