PENGUKURAN BIOMASSA DAN KARBON
TEGAKAN DIATAS PERMUKAAN TANAH PADA HUTAN LINDUNG GUNUNG SIRIMAU KOTA AMBON
(Studi Kasus PSP (Plot Sampling Parmanent) Hutan Negeri
Soya)
YULIANUS. D. KOMUL, 2017
ABSTRACT
Natural
forest is a highest carbon stock absorber compared with other land use system,
because it has high variety of tree species, the density of undergrowth, and many
above ground litters. C-stock basically is the amount of carbon thet saved in
vegetation, other biomass, and underground. The right control is to measure the
amount of biomass and C-stock as an effort to knowing its amount in a time and
its difference whether there are activities that can be increased or decreased
the stock. Based on forest function as a carbon absorber, the C-stock
information in some time range in Indonesian forest area in general, and in
Maluku especially is very important.
Research
was held in September 2015 in Sirimau Montain Protected Forest focused on
Permanent Sampling Plot in Soya Village Forest, Ambon City.
Result shows that biomass for primary forest
are 371,5264 ton/ha – 572,0588 ton/ha with average 466,7473
ton/ha. For secondary forest are 152,7100
ton/ha – 318,4535 ton/ha with average amount around 210,8282 ton/ha. C-stock for primary forest around 174,6432 ton/ha – 269,0254 ton/ha with average 847,4876 ton/ha. While
C-stock for secondary forest are 61,9787 ton/ha –
84,2121 ton/ha with average amount 72,2258 ton/ha.
Keywords: Measurement of Biomass, Carbon,
Stands above the surface, Protected Forest Sirimau
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan
alami merupakan penyerap dan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan
dengan sistem penggunaan lahan lainnya, disebabkan karena memiliki keragaman
pohon yang tinggi, kerapatan tumbuhan bawah, dan seresah di permukaan tanah
yang banyak. Banyaknya materi
organik
yang
tersimpan
dalam
biomassa
hutan per
unit
luas
dan per unit waktu merupakan
pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas
hutan merupakan
gambaran
kemampuan hutan
dalam mengurangi
emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas
physiologinya. Pengukuran produktivitas hutan
relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa
hutan
menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan biomassa
dalam umur tertentu
yang dapat dipergunakan untuk
mengestimasi produktivitas
hutan
(Heriansyah, 2005).
Oleh karena itu bila hutan diubah fungsinya atau menurun kerapatannya maka
jumlah C-tersimpan dan besaran biomassa akan berkurang atau bahkan hilang
(Hairiah, 2007).
Cadangan
karbon atau C-tersimpan merupakan besarnya karbon yang tersimpan pada vegetasi
atau biomassa lain yang diserap dalam tanah. Untuk mengurangi konsentrasi GRK
di atmosfer (emisi) serta mengurangi pelepasan CO2 ke udara, maka
jumlah CO2 di udara harus dikendalikan dengan jalan meningkatkan
jumlah serapan CO2 oleh tanaman sebanyak mungkin dan menekan pelepasan
emisi serendah mungkin. Oleh sebab itu, pengendalian yang tepat dilakukan
adalah dengan jalan pengukuran jumlah kandungan biomassa dan cadangan karbon sebagai
upaya untuk mengehui besarnya cadangan karbon pada waktu tertentu dan
mengetahui perubahannya apabila terjadi kegiatan yang manambah atau mengurangi
besar cadangan.
Berdasarkan fungsi
hutan
sebagai
penyerap
karbon,
informasi
mengenai
jumlah
karbon yang
disimpan
(carbon stock)
pada kurun waktu tertentu pada kawasan
hutan menjadi
sangat penting
untuk diketahui. Dengan mengukur dapat diketahui berapa hasil perolehan
cadangan karbon yang terserap dari kesatuan vegetasi yang dimiliki.
1.1.Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu berapa besar biomassa dan karbon tersimpan
untuk tegakan diatas permukaan tanah pada PSP (Plot Sampling Parmanent) hutan Negeri Soya di kawasan hutan lindung
gunung Sirimau kota Ambon.
1.2.Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar kandungan biomassa dan karbon
tegakan diatas permukaan tanah pada PSP (Plot
Sampling Parmanent) hutan Negeri Soya di kawasan hutan lindung gunung
Sirimau kota Ambon.
Kegunaan
penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai kontrubusi tegakan dalam
penyerapan karbon (CO2) untuk mengurangi efek gas rumah kaca.
II.
METODOLOGI
PENELITIAN
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015. Lokasi penelitian ini di Hutan
Lindung Gunung Sirimau berfokus pada PSP (Plot Sampling Parmanent)
Hutan negeri Soya
Kota Ambon yang merupakan hasil kegiatan impelmentasi REDD+ yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan
Kebijakan (PUSPIJAK) pada tahun 2012.
2.2. Alat dan Objek Penelitian
2.2.1.
Alat Penelitan
Alat-alat
yang digunakan dalam penelitian antara lain terdiri dari (1). alat pengambilan
data dilapangan: berupa alat pengukur diameter pohon (phiband), Alat pengukur panjang (Meter dan
Jangka Sorong), Alat pengukur kelerengan (clinometer), Alat pengukur tinggi pohon (Haga Meter), alat pengukur
berat (timbangan gantung 50 kg), alat penentu arah dan koordinat (Kompas dan GPS), Gergaji tangan, Gunting
Stek, Karung,
Parang, Tally Sheet dan Wadah Contoh serta camera digital. (2). Alat Pengujian sampel di
Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Jurusan Kehutanan, alat ukur berat (neraca
digital dengan ketelitian 0,5 %), alat pengering sampel (Oven).
2.2.2.
Objek Penelitan
Objek
atau Sumber yang ditetapkan sebagai indikator dalam penelitian yaitu data
pengukuran dilapangan berupa vegetasi diatas permukaan tanah (Pohon, Tiang,
Sapihan, Semai dan Tumbuhan bawah), yang dari keseluruhannya kemudian diambil
sampel untuk dilakukan pengujian di Laboratorium.
2.3. Metode Pengumpulan Data
2.3.1. Pengumpulan data primer untuk data cadangan
karbon.
2.3.1.1.
Teknik
pengambilan data cadangan karbon.
1.
Penempatan
dan pembuatan permanen sample plot (PSP)
Penempatan PSP dilakukan secara
purposive sampling dengan mengacu
pada peta tutupan lahan pulau Seram dan Ambon. Bentuk PSP dilapangan adalah berbentuk persegi dengan ukuran 20
m x 20 m.
Jika dikaji berdasarkan potensi
vegetasi yang terkandung maka lokasi penelitian terdiri atas dua tipe hutan
yakni hutan primer dan sekunder dan masing-masing tipe hutan diwakili oleh 3
plot pengamatan dengan ukuran masing-masing plot 20m x 20m atau 400 m2 yang
kemudian dilakukan pembagian sesuaikan dengan kebutuhan data yang akan diambil yaitu
untuk tingkat permudaan (Tiang) 10m x 10m atau 100m2, (Sapihan) 5m x
5m atau 25 m2 dan (Semai) 2m x 2m atau 4m2.
Gambar
1. Bentuk Plot
Pengamatan
Keterangan
gambar :
A : sub
plot untuk semai, serasah dan tumbuhan bawah
B
: sub plot untuk pancang
C
: sub plot untuk tiang
D
: sub plot untukpohon
|
2.
Pengukuran
Biomassa dan Karbon Tersimpan.
Untuk
pengukuran Kandungan Biomassa dan Karbon tersimpan (Carbon Stock) pada
penelitian ini, dilakukan dengan mengacu pada mengacu pada Standar Nnasional Indosesia (SNI) :
7724 Tahun 2011.
2.4.Analisa Data
2.4.1. Perhitungan Biomassa
Cadangan Karbon Tersimpan
Dalam
perhitungan biomassa karbon tersimpan, untuk proses perhitungannya terbagi atas
enam kegiatan guna memperoleh hasil akhir berua kandungan biomassa dan karbon
tersimpan :
I. Penghitungan
Kandungan Biomassa
a.
Penghitungan Biomassa diatas
Permukaan Tanah Dengan Metode Allometrik
Persamaan
allometrik biomassa di atas permukaan tanah yang digunakan diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Pendugaan biomassa di atas
permukaan tanah untuk hutan lahan kering berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Siregar dan Dharmawan (2009) atau menurut Litbang Kehutanan
(2010) dengan menggunakan rumus sebagai berikut Y = ¼ ∏ x (DBH) 2,2234
Keterangan :
|
||
R
Y
DBH
|
=
=
=
|
97,7
Biomassa total (kg)
Diameter setinggi dada pada ketinggian 1,3 meter (cm
|
b. Penghitungan biomassa dengan
persamaan Chave (2005) untuk hutan tipe lembab dengan rumus : Y =
0,0509.DBH.T
Keterangan :
|
||
Y
DBH
(m)
T
|
=
=
=
=
|
Biomassa Total (kg)
Diameter setinggi dada pada ketinggian 1,3 meter
(cm);
Berat jenis kayu (gr/cm )
Tinggi pohon (m)
|
atau menggunakan rumus : AGBest = 0,0509 x ∏ D2H
Keterangan :
|
||
AGBest H
D
∏
|
=
=
=
=
|
Biomassa Total (kg)
Tinggi Pohon
Diameter setinggi dada
Berat jenis kayu
|
c. Penghitungan biomassa permukaan
dengan persamaan Ketterings dkk (2001) dengan menggunakan rumus: B = 0,11*ρ*(D)2,62
Keterangan :
|
||
B
D
Ρ
|
=
=
=
|
Biomassa (kg/pohon)
Diameter setinggi dada (cm)
massa jenis pohon atau berat jenis (kg/m3)
|
I II. Penghitungan
Karbon
a. Perhitungan
Cadangan Biomassa dan Karbon diatas Permukaan Tanah
Perhitungan cadangan karbon dari tegakan
diatas permukaan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut: Cb = B x % C organik
Keterangan :
|
||
Cb
B % Corganik
|
=
=
=
|
Kandungan karbon dari biomassa, dinyatakan dalam Kg (kg);
Total biomassa, dinyatakan dalam (kg);
Nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47
|
III. PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
- Untuk hutan primer Jumlah kandungan biomassa berkisar antara 371,5264 ton/ha – 572,0588 ton/ha dengan rata-rata adalah 466,7473 ton/ha dan jumlah C-tersimpan berkisar antara 174,6432 ton/ha – 269,0254 ton/ha dengan rata-rata adalah 847,4876 ton/ha. Sedangkan untuk hutan sekunder jumlah kandungan biomassa berkisar antara 152,7100 ton/ha – 318,4535 ton/ha dengan rata-rata berkisar pada 210,8282 ton/ha dan jumlah C-tersimpan berkisar antara 174,6432 ton/ha – 269,0254 ton/ha dengan rata-rata adalah 847,4876 ton/ha dan 61,9787 ton/ha – 84,2121 ton/ha dengan rata-rata berkisar pada 72,2258 ton/ha.
3.2.Saran
Adapun saran yang
perlu dikaji adalah :
1. Ketersediaan data dan informasi
tentang penyerapan emisi karbon dari sector Kehutanan yang didukung dengan data
spasial sebagai penyedia data tutupan lahan yang jelas dan terpublikasi merupakan
harapan dari pemerintah maupun instansi terkait yang ada di Maluku. Oleh karena
itu, diperlukan keseriusan berbagai pihak, diantaranya akademisi, pemerintah
maupun instansi terkait sehingga berbagai kendala yang ada dapat diatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar