METODE PRAKTIKUM
A.
Lokasi dan Waktu
Praktikum sebenarnya dilaksanakan pada kawasan hutan Lindung Negeri soya yang telah ditetapkan sesuai
dengan modul penuntun, namun karena keterbatasan waktu dan alat yang digunakan
serta kurangnya koordinasi antar pihak mahasiswa dan dosen pengampuh mata
kuliah maka praktikum hanya difokuskan pada lokasi PSP Soya pada dua tipe hutan yaitu hutan primer
dan hutan sekunder dimana data yang diperoleh berasal dari hasil pengukuran
tegakan pada tingkatan pohon (20x20m). Praktikum
berlangsung pada hari Senin 2 Februari 2015.
B.
Alat Dan Objek
·
Peralatan yang digunaan dalam
praktek ini adalah : GPS, Kompas, Tali Ukur, Haga Meter, Phiband,dan alat tulis
menulis.
·
Objek yang dilihat dalam praktikum
adalah vegetasi tumbuhan yang ada pada
satu ekosistem atau tipe penggunaan lahan lain. Namun karena kegiatan praktikum
berlangsung pada Hutan Lindung Negeri Soya maka proses pengukuran Untuk Tingkat
Pohon dilakukan pada kawasan PSP (Hutan Primer dan Sekunder)
C.
Metode Pengamatan
Secara umum metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan
antara metode garis berpetak dan metode jalur untuk mempelajari
susunan (komposisi) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat
tumbuh-tumbuhan di lokasi praktikum, yakni dengan pembuatan jalur-jalur
pada areal dengan panjang jalur 500 meter dan lebar jalur 20 meter (10 m kiri
dan 10 m kanan) pada dua tipe hutan. Praktikum difokuskan pada tingkat pohon
dengan ukuran petak (20x20 m) dengan parameter yang diamati yaitu : jenis
Pohon, Tinggi Pohon, Diametr pohon serta keadaan tempat tumbuh.
D.
Analisis Data
Data vegetasi yang dikumpulkan
dianalisis untuk mendapatkan nilai, diantaranya Kerapatan Relatif (KR),
Dominansi Reletif (DR), Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keragaman dan Indeks
kesamaan, dengan rumus menurut Muller-Dombais dan Ellenberg (1974) yaitu :
a.
Kerapatan
Kerapatan =
Kerapatan Relatif
(KR) =
b.
Frekwensi
Frekwensi =
Frekwensi relatif (FR) =
c.
Dominansi
Dominansi =
Dominansi relaatif (DR) =
d.
Indeks Nilai Penting (INP)
INP tingkat pohon dan tiang
INP tingkat semai dan pancang
INP = KR + FR
e.
Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Winner (1954)
H’ =
-∑ { (ni/N) log (ni/N)}
Pί =
Ket : H’=
Indeks Keanekaragaman
ni
= Nilai penting dari tiap jenis/spesies
N
= Total nilai penting dari seluruh jenis.
f.
Indeks Kemerataan (E) untuk melihat kemerataan jenis dengan menggunakan rumus: E =
Dimana : E = Indeks Kemerataan Jenis (Evannes Indeks)
Pilou (1958)
H= Indeks Keragaman Jenis
S = Jumlah Jenis
g.
Indeks Margalev (M) untuk melihat penyebaran Jenis dengan menggunakan
Rumus : M =
Dimana : M = Indeks Kemerataan Margalev
S = Jumlah Jenis
N = Jumlah Total/semua indvidu
h.
Untuk melihat kelimpahan dari satu jenis didalam ekosistem dihitung
dengan nilai SDR ( Summed Dominant Ration)
Rumus : SDR =
Dimana : SDR = Nilai dominan satu jenis (Summed
Dominant Ration)
FR =
Frekuensi relatif satu jenis
DR = Dominansi relatif satu jenis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Hutan
Struktur
merupakan lapisan vertikal dari suatu komunitas hutan.Dalam komunitas
selaluterjadi kehidupan bersama saling menguntungkan sehingga dikenal adanya
lapisan-lapisanbentuk kehidupan.Struktur suatu tegakan terdiri dari
individu-individu yang membentuk tegakan dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan
terdiri dari kelompok tumbuh-tumbuhan yang masing-masing individu
mempertahankan sifatnya.(Danserau - Dombois, 1974).
Secara
garis besar struktur vegetasi dibatasi oleh tiga komponen (Kershaw, 1973 dalam Bratawinata, 2001), yaitu sebagai
berikut :
1.
Stratifikasi vertikal yang
merupakan diagram profil, menggambarkan lapisan (strata) pohon, tiang, sapihan,
semai, perdu dan herba sebagai penyusun vegetasi tersebut.
2.
Stratifikasi horizontal dari jenis
penyusun vegetasi, yang menggambarkan letak dan kedudukan dari suatu anggota terhadap anggota yang
lain. Bentuk penyebaran tersebut dapat deigolongkan kedalam tiga tipe, yaitu
acak atau (random), berkelompok (aggragated) dan teratur (regular).
3.
Struktur kuantitatif menggambarkan
kelimpahan atau banyaknya individu dari jenis penyusun tersebut.
Struktur Hutan Pada Plot Sampleng Parmanent (PSP) HL Negeri Soya
Struktur Hutan Pada Plot Sampleng Parmanent (PSP) HL Negeri Soya
No
|
Strata
|
Jenis Dominan
|
1
|
A
|
Damar/Agathis (Agathis Alba)
|
Bintaggor Hutan (Chollopylum sp)
|
||
Kayu Merah (Eugenia sp)
|
||
Nani (Meterosideros vera)
|
||
2
|
B
|
Nani (Meterosideros vera)
|
Kayu merah (Eugenia sp)
|
||
Mangga Hutan (Mangifera sp)
|
||
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
|
||
3
|
C
|
Kayu merah (Eugenia sp)
|
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
|
||
Mangga Hutan (Mangifera sp)
|
||
Cempeda Hutan (Diospyros malabarica)
|
||
4
|
D
|
Kayu merah (Eugenia sp)
|
Siki(Palagium sp)
|
||
Rotan (Calamus sp)
|
||
Pandan (Pandanus tectorius)
|
||
5
|
E
|
Galoba (Coctus sp)
|
Anakan Semai
|
||
Paku-pakuan
|
Dari tabel yang disajikan dapat diketahui bahwa jenis-jenis yang
dominan pada setiap strata pertumbuhan HL Negeri Soya khusunya pada lokasi PSP sangat
bervariasi dan bukan hanya terdiri pada satu
jenis vegetasi khususnya pada Strata A, B, dan C. Pada strata tersebut
ditemukan hidup berkelompok dan penguasaan jenis terhadap jenis lain sangat
besar sehingga memungkinkan keberadaan jenis tersebut lebih banyak dibandingkan
dengan jenis yang lain, misalnya untuk strata A, jenis Samama (Anthocephallus macrophyllus) Strata B
dan C yaitu jenis Nani (Meterosideros vera), Kayu merah (Eugenia sp) dan
Bintanggor hutan (Chollopylum sp).
Penempatan jenis pada strata B dan C sangat kotinyu sehingga tidak dapat
dibedakan dengan jelas struktur dari kedua lapisan pertumbuhan
tersebut.Struktur hutan pada HL
Negeri Soya (PSP) menggambarkan keadaan struktur tegakan yang
tidak begitu nyata dalam hal kontruksi bentuk atau bangunan vegetasi. Dari
jenis yang ditemukan pula dapat diketahui bahwa HL Negeri Soya (PSP) belum banyak mengalami
perubahan hal ini disebabkan
karena lokasi PSP masuk dalam kawasah Hutan Lindung yang juga merupakan kawasan
Hutan Adat. Terbukti terdapatnya lokasi-lokasi yang disakralkan oleh masyarakat adat
setempat.
Dapat dijelaskan pula bahwa pembentukan struktur tegakan hutan sendiri merupakan fungsi dari keadaan
iklim dan tanah yang menunjang pertumbuhan pohon. Faktor iklim terdiri atas
unsur-unsur temperatur, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin.
Sedangkan faktor tanah terdiri atas unsur sifat-sifat fisik tanah, biologi dan
kelembapan tanah (Syafii Manan dalam
Manual kehutanan, 1992).
Selanjutnya
bentuk penyebaran Stratifikasi secara horizontal dapat digolongkan kedalam tiga
tipe, yaitu acak atau (random),
berkelompok (aggragated) dan teratur
(regular). Penyebaran secara acak
relatif jarang dialam, terjadi dimana lingungan sangat seragam dan terdapat
padanya kecendrungan untuk berkumpul. Penyebaran teratur dapat terjadi dimana
persaingan diantara individu sangat keras dimana terdapat antagonism positif
yang mendorong pembagian ruang yang sama. Penggerombolan dari pelbagai derajat
mewakili pola yang paling umum, hampir merupakan aturan, apabila yang
diperhatikan adalah individu-individu. Eugene (1957) dalam Odum(1996)
Berdasarkan
keterangan tersebut, struktur horozontal untuk Lokasi PSP HL Negeri soya dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 2. Pola penyebaran jenis pada tingkat pertumbuhan pohon yang
memiliki INP tertinggi.
No
|
Jenis
|
N
|
Rata-rata
|
V
|
V/M
|
Ket
|
Pohon :
|
||||||
1
|
Agathis
|
9
|
1.96
|
2.62
|
1.34
|
Mengelompok
|
2
|
Nani
|
20
|
0.76
|
3.38
|
4.44
|
Mengelompok
|
3
|
Siki
|
10
|
0.4
|
0.58
|
1.46
|
Acak
|
4
|
Bintanggor
|
8
|
0.08
|
0.08
|
0.96
|
Teratur
|
5
|
Kayumerah
|
9
|
0.32
|
0.64
|
2.01
|
Mengelompok
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Agathis(Eugenia sp) adalah jenis dengan tipe penyebaran yang mengelompok pada semua
tingkatan pertumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh faktor
fisiologis yakni bentuk dan ukuran benih serta kematangan benih (masa dormansi
yang relatif singkat) menyebabkan benih yang jatuh pada saat berbuah akan
secara cepat mengalami proses pertumbuhan sehingga jumlahnya banyak ditemukan
disetiap tingkatan. Sementara jenis-jenis yang ditemukan dengan pola penyebaran acak dan teratur kemungkinan
besar di pengaruh oleh faktor lingkungan diantaranya angin, hujan, serta
aktivitas satwa burung dan binatang lain sehingga menyebabkan penyebaranya
jenis merata pada suatu tipe hutan.
Komposisi Hutan pada PSP HL Negeri Soya
Lingkungan (environment habitat) adalah suatu sistem yang
komplek dimana berbagai faktor berpengaruh timbal balik satu sama lain dan
dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan. Kepentingan atau pengaruh faktor-faktor
lingkungan terhadap masyarakat tumbuh-tumbuhan berbeda-beda pada saat yang
berlainan. Faktor lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam
penyebaran tumbuh-tumbuhan di dunia. Tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat
akan menyesuaikan diri dengan lingkungan baik secara morfologis maupun
fisiologis.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada
lokasi-lokasi penelitian pada PSP
HL Negeri Soyamaka diperoleh data jumlah jenis pada
masing-masing tingkatan pertumbuhan yang disajikan pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 3. Jumlah Jenis Vegetasi Pada PSP HL Negeri Soya.
No
|
Jenis Pohon
|
Jumlah Jenis
|
1
|
Nani (Meterosideros
vera)
|
20
|
2
|
Siki(Palagium sp),
|
|
3
|
Agathis
(Agathis Alba)
|
9
|
4
|
Kayu
Merah (Eugenia sp)
|
9
|
5
|
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
|
8
|
Dari tabel diatas, ditemukan 5 jenis yang mendominasipada 6 Plot PSP yang ditentukan yaitu Nani (Meterosideros vera), Bintanggor hutan (Chollopylum sp), Agathis (Agathis Alba), Kayu merah (Eugenia sp), Siki(Palagium sp),
Pada
lokasi PSP HL Negeri soya, jumlah jenis secara keseluruhan dari tingkatan Pohon yang ditemukan yaitu 10 jenis, dan didominasi oleh . Untuk tingkat pohon
terdapat 31 jenis, didominasi oleh jenis Nani (Meterosideros vera),.Selain itu juga didapati jenis lain seperti Liana berkayu, rotan (Calamus sp), Alang-alang, Semak-semun,
Galoba(Coctus sp), Pandan ,
pakis (Diplazium sp) serta jenis-jenis ground cover.
Faktor yang menyebabkan kehadiran jenis pada suatu komunitas
pertumbuhan adalah mengacu pada dispersial (pemencaran) dimana kehadiran suatu
jenis pada habitat tertentu khususnya pada hutan primer dataran rendah sangat
dipngaruhi beberapa hal diantaranya disebabkan oleh faktor internal yaitu
proses fisiologis dari jenis pohon tertentu dalam hal ini proses pembungaan,
pembuahan, pembentukan benih, masa kematangan benih dan asosiasi antar jenis
maupun dengan tempat tumbuh. Selain itu terdapat juga faktor eksternal atau
factor lingkungan diantaranya angin, curah hujan, suhu, cahaya matahari serta
aktivitas dari satwa burung dan hewan tertentu khususnya pada kawasan HL Negeri Soya(Babi hutan, Kus-kus) dalam hal ini
aktivitas makan
Indeks
Nilai Penting pada PSP HL Negeri Soya
Jenis-jenis
yang ditemukan umumnya memiliki Indeks Nilai Penting yang cukup tinggi baik
dari tingkat semai sampai dengan tingkat pohon yang disajikan pada tabel
berikut ini:
Tabel 4. Nilai Penting Jenis
Tertinggi Pada PSP HL
Negeri Soya Untuk Tingkat Pohon.
Tingkat
pertumbuhan
|
No
|
Jenis
|
INP (%)
|
Pohon
|
1
|
Nani (Meterosideros vera)
|
71.69136
|
2
|
Agathis (Agathis Alba)
|
47.16236
|
|
3
|
Kayu Merah (Eugenia sp)
|
45.71275
|
|
4
|
Siki(Palagium sp),
|
39.09387
|
|
5
|
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
|
37.04653
|
|
Total
|
300
|
Berdasarkan
data tersebut diatas, maka dapat dijelaskan bahwa pada lokasi PSP HL Negeri Soya, untuk
tingkat pohon, didominasi oleh
jenis Nani (Meterosideros
vera) (INP = 0.157125). Dengan demikian dapat digambarkan bahwa
Kayu Nani (Meterosideros vera) mempunyai pengaruh dan kontrol yang besar
terhadap jenis-jenis yang lain dengan tingkat penyesuaian diri yang tinggi pada
tingkatan pertumbuhan pohon
Besarnya nilai INP tergantung dari kerapatan, frekuensi dan
dominansinya. Jenis-jenis yang ditemukan umumnya memiliki indeks nilai penting
yang cukup tinggi baik dari tingkat semai sampai tingkat pohon. Selanjutnyafaktor yang
mempengaruhi INP dalam suatu komunitas tumbuhan yaitu faktor lingkungan
diantaranya cahaya matahari, pola penyebaran biji dan daya
tumbuh jenis tersebut serta aktivitas manusia dan hewan. Selain itu terdapat pula
faktor kompetisi antar individu baik dalam satu jenis
ataupun antar jenis yang sangat mempengaruhi nilai penting pada hutan primer
dataran rendah. Semakin tinggi INP suatu jenis maka semakin tinggi
penguasaannya di dalam suatu komunitas tempat spesies tersebut tumbuh
Dari hasil praktikum yang
dilakukandapat diketahui bahwa kehadiran jenis tegakan
pada tipe Hutan alam HL Negeri
Soya Khususnya pada lokasi PSP tidak begitu bervariasi.hal
ini disebabkan karena masih terdapat jenis-jenis yang sama yang menempati hampir seluruh lokasi yang ditetapkan sebagai
lokasi PSP (6 plot pengamatan) , yang menjadi perbedaan
hanyalah jumlah populasi serta penguasaan dari tiap jenis yang berada pada
masing-masing habitat pada
tingkatan yang diamati yaitu tingkat pohon.
Indeks Keanekaragaman
Jenis ( H’)
Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) menggambarkan tingkat keanekaragaman
jenis dalam suatu tegakan. Semakin tinggi nilai indeks keragaman jenis
dalam tegakan maka semakin tinggi
keragamannya dan sebaliknya semakin rendah nilai indeks keragaman, maka semakin
rendah pula keragamannya. Indeks keanekaragaman jenis pada plot-plot pengamatan
di lokasi PSP HL Negeri disajikan pada Tabel 5. berikut ini
Tabel 5. Indeks Keragaman Jenis(H’) Pada Lokasi Praktikum
PSP HL Negeri Soya
Tingkat
pertumbuhan
|
No
|
Jenis
|
H’ (%)
|
Pohon
|
1
|
Nani (Meterosideros vera)
|
0.157125
|
2
|
Siki(Palagium sp)
|
0.124173
|
|
3
|
Agathis (Agathis Alba)
|
0.117996
|
|
4
|
Kayu Merah (Eugenia sp)
|
0.117994
|
|
5
|
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
|
0.111085
|
|
Total
|
0.845888
|
Dari tabel yang disajikan dapat diketahui bahwa pada lokasi PSP HL Negeri Soya memiliki indeks keanekaragaman jenis untuk tingkat pohon (H’= 0.845888). Menurut Astuti (2010), Jika nilai indeks keanekaragaman lebih kecil dari 1
berarti keanekaragaman jenisnya rendah, jika diantara 1–3 berarti
keanekaragaman jenis sedang, jika lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman
jenisnya tinggi.
Rendahnya keanekaragaman jenis pada lokasi PSP HL Negeri Soya disebabkan
faktor luasanDimana
luasan yang di ambil hanya mencakup pada plot yang ditentukan (6 plot)
sehingga hanya mewakili sekitar 2400 m2 sehingga tidak mewakili
secara keseluruhan sesuai metode yang ditentukan. Namun dari nilai keragaman
jenis yang ditemukan (6 plot) maka dapat disimpulkan bahwa keanekaragamannya untuk tingkat pohon sedang
dan didominasi
oleh jenis Nani (Meterosideros vera), Siki(Palagium) sp), Agathis (Agathis Alba), Kayu merah (Eugenia sp), Bintanggor hutan (Chollopylum sp).
Menurut
Soerianegara (1998), Jika suatu daerah yang didominasi hanya oleh jenis-jenis tertentu
saja maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah.
Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki
kompleksitas yang tinggi dan sering terjadi interaksi antar jenis. Tingginya
keanekaragaman jenis juga dipengaruhi oleh jumlah individu dari masing-masing
jenis yang ditemukan pada lokasi penelitian. Jika individu dari masing-masing
jenis yang ditemukan banyak, maka keanekaragaman jenis pada lokasi tersebut
tinggi.Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman
Jenis (H’) hutan dataran rendah dan hutan perbukitan dapat disimpulkan bahwa
walaupun terdapat perbedaan nilai keanekaragaman jenis, namun kedua tipe
hutan masih berada dalam kondisi sedang
dan akan berkembang jika kelestarian dari hutan, spesies dan jenis-jenisnya
tetap dipertahankan.
Keanekaragaman
jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari
suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari
setiap jenis.Tingginya
keragaman jenis di lokasi penelitian yang merupakan hutan hujan tropika
dipengaruhi oleh 2 hal yaitu, tumbuhan pada daerah tropika sangat kaya akan
jenis bila dibandingkan dengan tumbuhan yang berada di daerah beriklim sedang
dan pada daerah tropistidak mempunyai batas iklim yang tegas terutama pada
daerah dataran rendah basah, sehingga pertumbuhan pohon penyusunnya menjadi
pesat karena tidak ada hambatan iklim. Monk dkk (2000).
Indeks Kemerataan (E) untuk melihat kemerataan jenis
Indeks Kemerataan (E) untuk melihat kemerataan jenis
Berdasarkan Magurran (1988) Besaran
E’ < 0.3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E’ = 0.3 – 0.6
kemerataan jenis tergolong sedang dan E’ > 0.6 maka kemerataaan jenis
tergolong tinggi. Berikut ditampilkan 5 jenis
pohon yang tergolong memiliki kemerataan jenis tertinggi:
Tabel 6. Indeks Kemerataan
Jenis (E’) Pada Lokasi Praktikum PSP HL Negeri Soya
Tingkat
pertumbuhan
|
No
|
Jenis
|
E’
|
Pohon
|
1
|
Nani (Meterosideros vera)
|
0,113306
|
2
|
Siki(Palagium sp)
|
0,119238
|
|
3
|
Agathis (Agathis Alba)
|
0,113306
|
|
4
|
Kayu Merah (Eugenia sp)
|
0,113306
|
|
5
|
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
|
0,10667
|
|
Total
|
0,812266
|
Berdasarkan tabel yang disajikan dari hasil praktium yang dilakukan maka
dapat diketahui bahwa indeks kemerataan jenis untuk PSP HL Negeri soya adalah
sebesar 0,812266 yang artinya besaran
E’ > 0.6 menunjukan kekayaan jenis yang tergolong tinggi .
Penyebab utama dari tingginya kekayaan
jenis untuk PSP Negeri Soya adalah luas kawasan yang hanya diperuntukan untuk 6
plot (120 x 20 M) sehingga mewakili secara keseluruhan data dilapangan. Selain
itu faktor yang mempengaruhi yaitu keanekaragaman jenis serta penyebaran jenis
yang merata pada lokasi PSP yang dibuat.
Dan kemerataan jenis tertinggi terdapat pada jenis Siki(Palagium sp) yaitu 0. 119238.
2.2.4.
Indeks Margalev (R1) untuk melihat penyebaran Jenis
Tabel 7. Indeks Margalev (R1)
Pada Lokasi Praktikum PSP HL Negeri Soya
Tingkat
pertumbuhan
|
No
|
Jenis
|
R1
|
Pohon
|
1
|
Nani (Meterosideros vera)
|
10,45041
|
2
|
Mangga hutan/ arupa
|
10,45041
|
|
3
|
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
|
9,952048
|
|
4
|
Kayu Merah (Eugenia sp)
|
10,45041
|
|
5
|
Kayu Sageru
|
10,29327
|
|
Total
|
96,55198
|
Berdasarkan
Magurran (1988) juga menjelaskan bahwa besaran R1 < 3.5
menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah, R1 = 3.5 – 5.0
menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan R1 tergolong tinggi
jika > 5.0. dari hail yang diperoleh dan yang tertara pada pada tabel, bahwa
hasil praktikum yang dilakukan bersama diketahui R1 untuk PSP HL
Negeri Soya yaitu 96,55198, yang diartikan
bahwa penyebaran jenis untuk PSP HL Negeri Soya adalah Tinggi. Penyebaran jenis
tinggi penyebabya adalah kawasan PSP terletak pada Hutan Lindung sehingga
potensi kawasan hutan tetap terjaga dan kelestariannnya tetap terpelihara. Hal
lain yang mempengaruhi adalah faktor lingkungan yang mendukung kelangsungan
ekosistem hutan sehingga keberadaan jenis tetap terpelihara.
2.2.5.
Indeks kelimpahan dari satu jenis didalam ekosistem dihitung dengan
nilai SDR (Summed Dominant Ration)
Tabel 7. Indeks nilai SDR ( Summed
Dominant Ration) (R1) Pada
Lokasi Praktikum PSP HL Negeri Soya
Tingkat
pertumbuhan
|
No
|
Jenis
|
SDR
|
Pohon
|
1
|
Nani (Meterosideros vera)
|
10,45041
|
2
|
Mangga hutan/ arupa
|
10,45041
|
|
3
|
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
|
9,952048
|
|
4
|
Kayu Merah (Eugenia sp)
|
10,45041
|
|
5
|
Kayu Sageru
|
10,29327
|
|
Total
|
10000
|
Berdasarkan
table yang disajikan diatas, diketahui nilai tertinggi mencapai 10000 artinya
kelimpahan jenis untuk lokasi praktikum memiliki kelimpahan jenis yang tinggi
hal ini dipengaruhi olhe berbagai factor diantaranya: kesuburan tanah,
kelerengan, suhu dan kelembaban serta factor lingkungan lainnya sehingga
kelestarian dari hutan serta poensi vegetasinya tetap terjaga.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian
yang dilakukan pada Lokasi PSP HL Negeri
Soya, dapat disimpulkan bahwa :
v Struktur pada hutan terdiri atas 5 stratifikasi ( strata A, B, C, D dan
E) didominasi oleh sebagian strata
A dan strata B dan C dimana jenis-jenis yang ditemukan
dominan sangat bervariasi atau terdiri Agathis (Agathis Alba) unruk strata A, dan lainnya lebih dari satu jenis
dan tidak menyebar secara merata. Jenis-jenis yang dominan tingkat pohon didominasi oleh Nani (Meterosideros
vera), Bintanggor Hutan (Chollopylum sp, Agathis (Agathis Alba), Kayu Merah (Eugenia sp) dengan kayu Siki (Palagium
sp). Pada
PSP HL Negeri Soya, jenis-jenis
yang memiliki jumlah yang banyak dengan INP tinggi (Nani (Meterosideros vera) (INP = 71.69136) cenderung memiliki
struktur horizontal dengan pola penyebaran yang mengelompok. Sedangkan jenis-jenis
yang jumlahnya sedikit bahkan hanya terdiri atas satu atau dua pohon dengan INP
terendah akan memilki pola penyebaran acak bahkan teratur. Jenis yang
penyebarannya mengelompok merupakan jenis yang memiliki penguasaan yang besar
terhadap tempat tumbuh serta memiliki kemampuan untuk bersaing baik dalam satu
jenis maupun antar jenis.
v Untuk komposisi PSP HL
Negeri Soya. Jumlah jenis yang
ditemukan untuk tingkat pohon yaitu 66 jenis dimana dari 66
jumlah individu ini terdiri atas 11 jenis diantaranya jenis tertinggi yatu Nani (Meterosideros
vera) 11 jumlah jenis.
Selain itu juga didapati jenis lain seperti Liana berkayu,
rotan (Calamus sp), Alang-alang,
Semak-semun, Galoba (Coctus sp), Pandan(Pandanus tectorius), pakis(Diplazium sp) serta jenis-jenis ground
cover. Hampir seluruh jenis yang ditemukan menyebar merata pada setiap tingkat
pertumbahan.
v Indeks Kemertataan pada lokasi praktikum mencapai 0.845888 % dan tetinggi
Nani (Meterosideros vera) 0.157125%, indek
Margalev untuk mellihat penyebaran jenis tertinggi yaitu 96,55198 dan didominasi oleh jeis yang menyimbang nilai
terttinggi yaitu Nani (Meterosideros vera), Mangga hutan/ arupa
dan Kayu Merah (Eugenia sp) yaitu 10,45041%. Selanjutnya indeks yang menunjukan
kelimpahan jenis yang diukur dengan menggunakan metode SDR
( Summed Dominant Ration) terlihat
nilai tertinggi yaitu 10000.
Saran
Saran
v Seiring waktu, kondisi tutupan hutan akan mengalami perubahan akibat
aktivitas manusia yang dilakukan secara terus-menerus. Oleh karena itu
partisipasi dan kesadaran dari pemerintah, instansi terkait dan semua elemen
masyarakat demi kelestariannya perlu ditingkatkan sehingga hutan dapat
menyediakan fungsinya secatra optimal dan memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat.
v Diperlukan adanya Praktikum-praktikum secara kontinyu guna mengetahui
perkembangan dan pertumbuhan tegakan secara berkelanjutan guna mengetahui
dinamika pertumbuhan dan eksistensi tegakan pada kawasan HL Negeri Soya.
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto,
2007. Sruktur dan Komposisi vegetasi . www. irwantoshut. Net (27
februari 2012 ).
Irwanto, 2010. Tipe – Tipe Hutan Tropis. http://pengertia
definisi.blogspot.com/2010/10/tipe-tipe-hutan-tropis.html.(5 April 2012)
Komul,
Y. D. 2013. Strruktur dan komposisi Hutan Alam Dataran rendah dan Perbukitan
Pada Kawasan Hutan TNS Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah.
Kusuma, C. 1995.
Ekologi hutan. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan ITB, Bogor.
Marpaung, B. 2009. Hutan Hujan Tropis. www.
Boymarpaung. Wordpress. com (23 februari 2012 ).
Mueller-Dombois and Ellenberg H. 1974. Aims
and Methods of Vegettion Ecology. New York ;Jhon Wiley & Sons
Soerianegara, I and Indrawan, A. 1998. Ekosistem Hutan Indonesia. Bogor, Laboratorium
Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Persiapan Ke Lokasi Lokasi Hutan
Lindung Negeri Soya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar