Senin, 02 Maret 2015

STRUKTUR DAN KOMPOSISI HUTAN (LOKASI PSP) HUTAN LINDUNG NEGERI SOYA KOTA AMBON


 METODE PRAKTIKUM

A.           Lokasi dan Waktu
Praktikum sebenarnya dilaksanakan pada kawasan hutan Lindung  Negeri soya yang telah ditetapkan sesuai dengan modul penuntun, namun karena keterbatasan waktu dan alat yang digunakan serta kurangnya koordinasi antar pihak mahasiswa dan dosen pengampuh mata kuliah maka praktikum hanya difokuskan pada lokasi PSP  Soya pada dua tipe hutan yaitu hutan primer dan hutan sekunder dimana data yang diperoleh berasal dari hasil pengukuran tegakan pada tingkatan pohon (20x20m).  Praktikum berlangsung pada hari Senin 2 Februari 2015.
B.            Alat Dan Objek
·         Peralatan yang digunaan dalam praktek ini adalah : GPS, Kompas, Tali Ukur, Haga Meter, Phiband,dan alat tulis menulis.
·         Objek yang dilihat dalam praktikum adalah vegetasi tumbuhan yang  ada pada satu ekosistem atau tipe penggunaan lahan lain. Namun karena kegiatan praktikum berlangsung pada Hutan Lindung Negeri Soya maka proses pengukuran Untuk Tingkat Pohon dilakukan pada kawasan PSP (Hutan Primer dan Sekunder)
C.           Metode Pengamatan
Secara umum metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara metode garis berpetak dan metode jalur untuk mempelajari susunan (komposisi) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan di lokasi praktikum, yakni dengan pembuatan jalur-jalur pada areal dengan panjang jalur 500 meter dan lebar jalur 20 meter (10 m kiri dan 10 m kanan) pada dua tipe hutan. Praktikum difokuskan pada tingkat pohon dengan ukuran petak (20x20 m) dengan parameter yang diamati yaitu : jenis Pohon, Tinggi Pohon, Diametr pohon serta keadaan tempat tumbuh.
D.           Analisis Data
          Data vegetasi yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan nilai, diantaranya Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Reletif (DR), Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keragaman dan Indeks kesamaan, dengan rumus menurut Muller-Dombais dan Ellenberg (1974) yaitu :

a.      Kerapatan
Kerapatan =
Kerapatan Relatif  (KR) =
b.      Frekwensi
Frekwensi =
Frekwensi relatif (FR) =
c.       Dominansi
Dominansi =
Dominansi relaatif (DR) =
d.      Indeks Nilai Penting (INP)
INP tingkat pohon dan tiang
INP = KR + FR + DR
INP tingkat semai dan pancang
INP = KR + FR
e.       Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Winner (1954)
H = -∑ { (ni/N) log (ni/N)}
Pί =
Ket :    H= Indeks Keanekaragaman
ni = Nilai penting dari tiap jenis/spesies
                        N = Total nilai penting dari seluruh jenis.
f.       Indeks Kemerataan (E) untuk melihat kemerataan jenis dengan menggunakan rumus: E =
Dimana :    E = Indeks Kemerataan Jenis (Evannes Indeks) Pilou (1958)
                  H= Indeks Keragaman Jenis
                  S = Jumlah Jenis
g.      Indeks Margalev (M) untuk melihat penyebaran Jenis dengan menggunakan
Rumus : M =
Dimana :    M = Indeks Kemerataan Margalev
                  S = Jumlah Jenis
                  N = Jumlah Total/semua indvidu
h.      Untuk melihat kelimpahan dari satu jenis didalam ekosistem dihitung dengan nilai SDR ( Summed Dominant Ration)
Rumus : SDR =
Dimana :    SDR = Nilai dominan satu jenis (Summed Dominant Ration)
                  FR  = Frekuensi relatif satu jenis
                  DR = Dominansi relatif satu jenis

 
     HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Hutan
Struktur merupakan lapisan vertikal dari suatu komunitas hutan.Dalam komunitas selaluterjadi kehidupan bersama saling menguntungkan sehingga dikenal adanya lapisan-lapisanbentuk kehidupan.Struktur suatu tegakan terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari kelompok tumbuh-tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya.(Danserau - Dombois, 1974).
Secara garis besar struktur vegetasi dibatasi oleh tiga komponen (Kershaw, 1973 dalam Bratawinata, 2001), yaitu sebagai berikut :
1.      Stratifikasi vertikal yang merupakan diagram profil, menggambarkan lapisan (strata) pohon, tiang, sapihan, semai, perdu dan herba sebagai penyusun vegetasi tersebut.
2.      Stratifikasi horizontal dari jenis penyusun vegetasi, yang menggambarkan letak dan kedudukan  dari suatu anggota terhadap anggota yang lain. Bentuk penyebaran tersebut dapat deigolongkan kedalam tiga tipe, yaitu acak atau (random), berkelompok (aggragated) dan teratur (regular).
3.      Struktur kuantitatif menggambarkan kelimpahan atau banyaknya individu dari jenis penyusun tersebut. 

Struktur Hutan Pada Plot Sampleng Parmanent (PSP) HL Negeri Soya
    

No

Strata
Jenis Dominan
1
A
Damar/Agathis (Agathis Alba)
Bintaggor Hutan (Chollopylum sp)
Kayu Merah (Eugenia sp)
Nani (Meterosideros vera)
2
B
Nani (Meterosideros vera)
Kayu merah (Eugenia sp)
Mangga Hutan (Mangifera sp)
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
3
C
Kayu merah (Eugenia sp)
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
Mangga Hutan (Mangifera sp)
Cempeda Hutan (Diospyros malabarica)
4
D
Kayu merah (Eugenia sp)
Siki(Palagium sp)
Rotan (Calamus sp)
Pandan (Pandanus tectorius)
5
E
Galoba (Coctus sp)
Anakan Semai
Paku-pakuan

          Dari tabel yang disajikan dapat diketahui bahwa jenis-jenis yang dominan pada setiap strata pertumbuhan HL Negeri Soya khusunya pada lokasi PSP sangat bervariasi dan  bukan hanya terdiri pada satu jenis vegetasi khususnya pada Strata A, B, dan C. Pada strata tersebut ditemukan hidup berkelompok dan penguasaan jenis terhadap jenis lain sangat besar sehingga memungkinkan keberadaan jenis tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jenis yang lain, misalnya untuk strata A, jenis Samama (Anthocephallus macrophyllus) Strata B dan C yaitu jenis Nani (Meterosideros vera), Kayu merah (Eugenia sp) dan Bintanggor hutan (Chollopylum sp). Penempatan jenis pada strata B dan C sangat kotinyu sehingga tidak dapat dibedakan dengan jelas struktur dari kedua lapisan pertumbuhan tersebut.Struktur hutan pada HL Negeri Soya (PSP)  menggambarkan keadaan struktur tegakan yang tidak begitu nyata dalam hal kontruksi bentuk atau bangunan vegetasi. Dari jenis yang ditemukan pula dapat diketahui bahwa HL Negeri Soya (PSP) belum banyak mengalami perubahan hal ini disebabkan karena lokasi PSP masuk dalam kawasah Hutan Lindung yang juga merupakan kawasan Hutan Adat. Terbukti terdapatnya lokasi-lokasi yang disakralkan oleh masyarakat adat setempat.
Dapat dijelaskan pula bahwa pembentukan struktur tegakan hutan sendiri merupakan fungsi dari keadaan iklim dan tanah yang menunjang pertumbuhan pohon. Faktor iklim terdiri atas unsur-unsur temperatur, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin. Sedangkan faktor tanah terdiri atas unsur sifat-sifat fisik tanah, biologi dan kelembapan tanah (Syafii Manan dalam Manual kehutanan, 1992).
Selanjutnya bentuk penyebaran Stratifikasi secara horizontal dapat digolongkan kedalam tiga tipe, yaitu acak atau (random), berkelompok (aggragated) dan teratur (regular). Penyebaran secara acak relatif jarang dialam, terjadi dimana lingungan sangat seragam dan terdapat padanya kecendrungan untuk berkumpul. Penyebaran teratur dapat terjadi dimana persaingan diantara individu sangat keras dimana terdapat antagonism positif yang mendorong pembagian ruang yang sama. Penggerombolan dari pelbagai derajat mewakili pola yang paling umum, hampir merupakan aturan, apabila yang diperhatikan adalah individu-individu. Eugene (1957) dalam Odum(1996)
Berdasarkan keterangan tersebut, struktur horozontal untuk Lokasi PSP HL Negeri soya dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2. Pola penyebaran jenis pada tingkat pertumbuhan  pohon yang memiliki INP tertinggi.
No
Jenis
N
Rata-rata
V
V/M
Ket

Pohon :





1
Agathis
9
1.96
2.62
1.34
Mengelompok
2
Nani
20
0.76
3.38
4.44
Mengelompok
3
Siki
10
0.4
0.58
1.46
Acak
4
Bintanggor
8
0.08
0.08
0.96
Teratur
5
Kayumerah
9
0.32
0.64
2.01
Mengelompok
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Agathis(Eugenia sp) adalah jenis dengan tipe penyebaran yang mengelompok pada semua tingkatan pertumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh faktor fisiologis yakni bentuk dan ukuran benih serta kematangan benih (masa dormansi yang relatif singkat) menyebabkan benih yang jatuh pada saat berbuah akan secara cepat mengalami proses pertumbuhan sehingga jumlahnya banyak ditemukan disetiap tingkatan. Sementara jenis-jenis yang ditemukan dengan  pola penyebaran acak dan teratur kemungkinan besar di pengaruh oleh faktor lingkungan diantaranya angin, hujan, serta aktivitas satwa burung dan binatang lain sehingga menyebabkan penyebaranya jenis merata pada suatu tipe hutan.
Komposisi Hutan pada PSP HL Negeri Soya
Lingkungan (environment habitat) adalah suatu sistem yang komplek dimana berbagai faktor berpengaruh timbal balik satu sama lain dan dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan. Kepentingan atau pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap masyarakat tumbuh-tumbuhan berbeda-beda pada saat yang berlainan. Faktor lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam penyebaran tumbuh-tumbuhan di dunia. Tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungan baik secara morfologis maupun fisiologis.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lokasi-lokasi penelitian pada PSP HL Negeri Soyamaka diperoleh data jumlah jenis pada masing-masing tingkatan pertumbuhan yang disajikan pada Tabel 7 berikut ini. 

       Tabel 3. Jumlah Jenis Vegetasi Pada PSP HL Negeri Soya.
No
Jenis Pohon
Jumlah Jenis
1
Nani (Meterosideros vera)
20
2
Siki(Palagium sp),
10
3
Agathis (Agathis Alba)
9
4
Kayu Merah (Eugenia sp)
9
5
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
8
Dari tabel diatas, ditemukan 5 jenis yang mendominasipada 6 Plot PSP yang ditentukan yaitu Nani (Meterosideros vera), Bintanggor hutan (Chollopylum sp), Agathis (Agathis Alba), Kayu merah (Eugenia sp), Siki(Palagium sp),
Pada lokasi PSP HL Negeri soya, jumlah jenis secara keseluruhan dari tingkatan Pohon yang ditemukan  yaitu 10 jenis, dan didominasi oleh . Untuk tingkat pohon terdapat 31 jenis, didominasi oleh jenis Nani (Meterosideros vera),.Selain itu juga didapati jenis lain seperti Liana berkayu, rotan (Calamus sp), Alang-alang, Semak-semun, Galoba(Coctus sp), Pandan , pakis  (Diplazium sp) serta jenis-jenis ground cover.
Faktor yang menyebabkan kehadiran jenis pada suatu komunitas pertumbuhan adalah mengacu pada dispersial (pemencaran) dimana kehadiran suatu jenis pada habitat tertentu khususnya pada hutan primer dataran rendah sangat dipngaruhi beberapa hal diantaranya disebabkan oleh faktor internal yaitu proses fisiologis dari jenis pohon tertentu dalam hal ini proses pembungaan, pembuahan, pembentukan benih, masa kematangan benih dan asosiasi antar jenis maupun dengan tempat tumbuh. Selain itu terdapat juga faktor eksternal atau factor lingkungan diantaranya angin, curah hujan, suhu, cahaya matahari serta aktivitas dari satwa burung dan hewan tertentu khususnya pada kawasan HL Negeri Soya(Babi hutan, Kus-kus) dalam hal ini aktivitas makan
Indeks Nilai Penting pada PSP HL Negeri Soya
Jenis-jenis yang ditemukan umumnya memiliki Indeks Nilai Penting yang cukup tinggi baik dari tingkat semai sampai dengan tingkat pohon yang disajikan pada tabel berikut ini:
    Tabel 4. Nilai Penting Jenis Tertinggi Pada PSP HL Negeri Soya Untuk Tingkat Pohon.
Tingkat pertumbuhan
No
Jenis
 INP (%)
Pohon
1
Nani (Meterosideros vera)
71.69136
2
Agathis (Agathis Alba)
47.16236
3
Kayu Merah (Eugenia sp)
45.71275
4
Siki(Palagium sp),
39.09387
5
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
37.04653
Total


300
Berdasarkan data tersebut diatas, maka dapat dijelaskan bahwa pada lokasi PSP HL Negeri Soya, untuk tingkat pohon,  didominasi oleh jenis  Nani (Meterosideros vera) (INP = 0.157125). Dengan demikian dapat digambarkan bahwa Kayu Nani (Meterosideros vera) mempunyai  pengaruh dan kontrol yang besar terhadap jenis-jenis yang lain dengan tingkat penyesuaian diri yang tinggi pada tingkatan pertumbuhan pohon
Besarnya nilai INP tergantung dari kerapatan, frekuensi dan dominansinya. Jenis-jenis yang ditemukan umumnya memiliki indeks nilai penting yang cukup tinggi baik dari tingkat semai sampai tingkat pohon. Selanjutnyafaktor yang mempengaruhi INP dalam suatu komunitas tumbuhan yaitu faktor lingkungan diantaranya cahaya matahari, pola penyebaran biji dan daya tumbuh jenis tersebut serta aktivitas manusia dan hewan. Selain itu terdapat pula faktor kompetisi antar individu baik dalam satu jenis ataupun antar jenis yang sangat mempengaruhi nilai penting pada hutan primer dataran rendah. Semakin tinggi INP suatu jenis maka semakin tinggi penguasaannya di dalam suatu komunitas tempat spesies tersebut tumbuh
Dari hasil praktikum yang dilakukandapat diketahui bahwa kehadiran jenis tegakan pada tipe Hutan alam HL Negeri Soya Khususnya pada lokasi PSP tidak begitu bervariasi.hal ini disebabkan karena masih terdapat jenis-jenis yang sama yang menempati hampir seluruh lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi PSP (6 plot pengamatan) , yang menjadi perbedaan hanyalah jumlah populasi serta penguasaan dari tiap jenis yang berada pada masing-masing habitat pada tingkatan yang diamati yaitu tingkat pohon.
Indeks Keanekaragaman Jenis ( H’)
Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) menggambarkan tingkat keanekaragaman jenis dalam suatu tegakan. Semakin tinggi nilai indeks keragaman jenis dalam  tegakan maka semakin tinggi keragamannya dan sebaliknya semakin rendah nilai indeks keragaman, maka semakin rendah pula keragamannya. Indeks keanekaragaman jenis pada plot-plot pengamatan di lokasi PSP HL Negeri disajikan pada Tabel 5. berikut ini
Tabel 5. Indeks Keragaman Jenis(H’) Pada Lokasi Praktikum PSP HL Negeri Soya
Tingkat pertumbuhan
No
Jenis
H’ (%)
Pohon
1
Nani (Meterosideros vera)
0.157125
2
Siki(Palagium sp)
0.124173
3
Agathis (Agathis Alba)
0.117996
4
Kayu Merah (Eugenia sp)
0.117994
5
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
0.111085
Total


0.845888
          Dari tabel yang disajikan dapat diketahui bahwa pada lokasi PSP HL Negeri Soya memiliki indeks keanekaragaman jenis untuk tingkat pohon (H’= 0.845888). Menurut Astuti (2010), Jika nilai indeks keanekaragaman lebih kecil dari 1 berarti keanekaragaman jenisnya rendah, jika diantara 1–3 berarti keanekaragaman jenis sedang, jika lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman jenisnya tinggi. Rendahnya keanekaragaman jenis pada lokasi PSP HL Negeri Soya disebabkan faktor luasanDimana luasan yang di ambil hanya mencakup pada plot yang ditentukan (6 plot) sehingga hanya mewakili sekitar 2400 m2 sehingga tidak mewakili secara keseluruhan sesuai metode yang ditentukan. Namun dari nilai keragaman jenis yang ditemukan (6 plot) maka dapat disimpulkan bahwa keanekaragamannya untuk tingkat pohon sedang dan didominasi oleh jenis Nani (Meterosideros vera), Siki(Palagium) sp), Agathis (Agathis Alba), Kayu merah (Eugenia sp), Bintanggor hutan (Chollopylum sp).
          Menurut Soerianegara (1998), Jika suatu daerah yang didominasi hanya oleh jenis-jenis tertentu saja maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi dan sering terjadi interaksi antar jenis. Tingginya keanekaragaman jenis juga dipengaruhi oleh jumlah individu dari masing-masing jenis yang ditemukan pada lokasi penelitian. Jika individu dari masing-masing jenis yang ditemukan banyak, maka keanekaragaman jenis pada lokasi tersebut tinggi.Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman Jenis (H’) hutan dataran rendah dan hutan perbukitan dapat disimpulkan bahwa walaupun terdapat perbedaan nilai keanekaragaman jenis, namun kedua tipe hutan  masih berada dalam kondisi sedang dan akan berkembang jika kelestarian dari hutan, spesies dan jenis-jenisnya tetap dipertahankan.
Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari setiap jenis.Tingginya keragaman jenis di lokasi penelitian yang merupakan hutan hujan tropika dipengaruhi oleh 2 hal yaitu, tumbuhan pada daerah tropika sangat kaya akan jenis bila dibandingkan dengan tumbuhan yang berada di daerah beriklim sedang dan pada daerah tropistidak mempunyai batas iklim yang tegas terutama pada daerah dataran rendah basah, sehingga pertumbuhan pohon penyusunnya menjadi pesat karena tidak ada hambatan iklim. Monk dkk (2000). 
 Indeks Kemerataan (E) untuk melihat kemerataan jenis
Berdasarkan Magurran (1988) Besaran E’ < 0.3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E’ = 0.3 – 0.6 kemerataan jenis tergolong sedang dan E’ > 0.6 maka kemerataaan jenis tergolong tinggi. Berikut ditampilkan 5 jenis pohon yang tergolong memiliki kemerataan jenis tertinggi:
Tabel 6. Indeks Kemerataan Jenis (E’) Pada Lokasi Praktikum PSP HL Negeri Soya
Tingkat pertumbuhan
No
Jenis
E’
Pohon
1
Nani (Meterosideros vera)
0,113306
2
Siki(Palagium sp)
0,119238
3
Agathis (Agathis Alba)
0,113306
4
Kayu Merah (Eugenia sp)
0,113306
5
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
0,10667
Total


0,812266
Berdasarkan tabel yang disajikan dari hasil praktium yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa indeks kemerataan jenis untuk PSP HL Negeri soya adalah sebesar 0,812266 yang artinya besaran E’ > 0.6 menunjukan kekayaan jenis yang tergolong tinggi . Penyebab utama dari tingginya  kekayaan jenis untuk PSP Negeri Soya adalah luas kawasan yang hanya diperuntukan untuk 6 plot (120 x 20 M) sehingga mewakili secara keseluruhan data dilapangan. Selain itu faktor yang mempengaruhi yaitu  keanekaragaman jenis serta penyebaran jenis yang  merata pada lokasi PSP yang dibuat. Dan kemerataan jenis tertinggi terdapat pada jenis Siki(Palagium sp) yaitu 0. 119238.
2.2.4.      Indeks Margalev (R1) untuk melihat penyebaran Jenis
     Tabel 7. Indeks Margalev (R1) Pada Lokasi Praktikum PSP HL Negeri Soya
Tingkat pertumbuhan
No
Jenis
R1
Pohon
1
Nani (Meterosideros vera)
10,45041
2
Mangga hutan/ arupa
10,45041
3
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
9,952048
4
Kayu Merah (Eugenia sp)
10,45041
5
Kayu Sageru
10,29327
Total


96,55198
Berdasarkan Magurran (1988) juga menjelaskan bahwa besaran R1 < 3.5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah, R1 = 3.5 – 5.0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan R1 tergolong tinggi jika > 5.0. dari hail yang diperoleh dan yang tertara pada pada tabel, bahwa hasil praktikum yang dilakukan bersama diketahui R1 untuk PSP HL Negeri Soya yaitu 96,55198, yang diartikan bahwa penyebaran jenis untuk PSP HL Negeri Soya adalah Tinggi. Penyebaran jenis tinggi penyebabya adalah kawasan PSP terletak pada Hutan Lindung sehingga potensi kawasan hutan tetap terjaga dan kelestariannnya tetap terpelihara. Hal lain yang mempengaruhi adalah faktor lingkungan yang mendukung kelangsungan ekosistem hutan sehingga keberadaan jenis tetap terpelihara.
2.2.5.      Indeks kelimpahan dari satu jenis didalam ekosistem dihitung dengan nilai SDR (Summed Dominant Ration)
Tabel 7. Indeks nilai SDR ( Summed Dominant Ration) (R1) Pada Lokasi Praktikum PSP HL Negeri Soya
Tingkat pertumbuhan
No
Jenis
 SDR
Pohon
1
Nani (Meterosideros vera)
10,45041
2
Mangga hutan/ arupa
10,45041
3
Bintanggor Hutan (Chollopylum sp)
9,952048
4
Kayu Merah (Eugenia sp)
10,45041
5
Kayu Sageru
10,29327
Total


10000
            Berdasarkan table yang disajikan diatas, diketahui nilai tertinggi mencapai 10000 artinya kelimpahan jenis untuk lokasi praktikum memiliki kelimpahan jenis yang tinggi hal ini dipengaruhi olhe berbagai factor diantaranya: kesuburan tanah, kelerengan, suhu dan kelembaban serta factor lingkungan lainnya sehingga kelestarian dari hutan serta poensi vegetasinya tetap terjaga.

PENUTUP
Kesimpulan
          Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Lokasi PSP HL Negeri Soya, dapat disimpulkan bahwa :
v  Struktur pada hutan terdiri atas 5 stratifikasi ( strata A, B, C, D dan E) didominasi oleh sebagian strata A dan strata B dan C dimana jenis-jenis yang ditemukan dominan sangat bervariasi atau terdiri Agathis (Agathis Alba) unruk strata A, dan lainnya lebih dari satu jenis dan tidak menyebar secara merata. Jenis-jenis yang dominan tingkat pohon didominasi oleh Nani (Meterosideros vera), Bintanggor Hutan (Chollopylum sp,  Agathis (Agathis Alba), Kayu Merah (Eugenia sp) dengan kayu  Siki (Palagium sp). Pada PSP HL Negeri Soya, jenis-jenis yang memiliki jumlah yang banyak dengan INP tinggi (Nani (Meterosideros vera) (INP = 71.69136) cenderung memiliki struktur horizontal dengan pola penyebaran yang mengelompok. Sedangkan jenis-jenis yang jumlahnya sedikit bahkan hanya terdiri atas satu atau dua pohon dengan INP terendah akan memilki pola penyebaran acak bahkan teratur. Jenis yang penyebarannya mengelompok merupakan jenis yang memiliki penguasaan yang besar terhadap tempat tumbuh serta memiliki kemampuan untuk bersaing baik dalam satu jenis maupun antar jenis.
v  Untuk komposisi PSP HL Negeri Soya.  Jumlah jenis yang ditemukan untuk tingkat pohon yaitu 66 jenis dimana dari 66 jumlah individu ini terdiri atas 11 jenis diantaranya jenis tertinggi yatu Nani (Meterosideros vera) 11 jumlah jenis. Selain itu juga didapati jenis lain seperti Liana berkayu, rotan (Calamus sp), Alang-alang, Semak-semun, Galoba (Coctus sp), Pandan(Pandanus tectorius), pakis(Diplazium sp) serta jenis-jenis ground cover. Hampir seluruh jenis yang ditemukan menyebar merata pada setiap tingkat pertumbahan.
v  Indeks Kemertataan pada lokasi praktikum mencapai 0.845888 % dan tetinggi Nani (Meterosideros vera) 0.157125%,  indek Margalev untuk mellihat penyebaran jenis tertinggi yaitu 96,55198 dan didominasi oleh jeis yang menyimbang nilai terttinggi yaitu Nani (Meterosideros vera), Mangga hutan/ arupa dan Kayu Merah (Eugenia sp) yaitu 10,45041%. Selanjutnya indeks yang menunjukan kelimpahan jenis yang diukur dengan menggunakan metode SDR ( Summed Dominant Ration) terlihat nilai tertinggi yaitu 10000. 

Saran
v  Seiring waktu, kondisi tutupan hutan akan mengalami perubahan akibat aktivitas manusia yang dilakukan secara terus-menerus. Oleh karena itu partisipasi dan kesadaran dari pemerintah, instansi terkait dan semua elemen masyarakat demi kelestariannya perlu ditingkatkan sehingga hutan dapat menyediakan fungsinya secatra optimal dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
v  Diperlukan adanya Praktikum-praktikum secara kontinyu guna mengetahui perkembangan dan pertumbuhan tegakan secara berkelanjutan guna mengetahui dinamika pertumbuhan dan eksistensi tegakan pada kawasan HL Negeri Soya.

DAFTAR PUSTAKA

Irwanto,  2007. Sruktur dan Komposisi vegetasi . www. irwantoshut. Net (27 februari 2012 ).

Irwanto,  2010. Tipe – Tipe Hutan Tropis. http://pengertia definisi.blogspot.com/2010/10/tipe-tipe-hutan-tropis.html.(5 April 2012)

Komul, Y. D. 2013. Strruktur dan komposisi Hutan Alam Dataran rendah dan Perbukitan Pada Kawasan Hutan TNS Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah.

Kusuma, C. 1995. Ekologi hutan. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan ITB, Bogor.

Marpaung, B. 2009. Hutan Hujan Tropis. www. Boymarpaung. Wordpress. com (23 februari 2012 ).

Mueller-Dombois and Ellenberg H. 1974. Aims and Methods of Vegettion Ecology. New York ;Jhon Wiley & Sons

Payapo, J,T. 2010. Struktur dan komposisi vegetasi hutan Negri Luh, Kecamatan Seram Barat,Kabupaten Seram bagian Barat. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.

Soerianegara, I and Indrawan, A. 1998. Ekosistem Hutan Indonesia. Bogor, Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.





LAMPIRAN DOKUMENTASI

   
Persiapan Ke Lokasi                                                   Lokasi Hutan Lindung Negeri Soya
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar